Selasa, 10 September 2013

Siapa Muawiyah bin Abu Sufyan Sebenarnya? ...

Di antara BID’AH TERBESAR Muawiyah dan sekaligus menjadi salah satu faktor penyebab hancurnya kejayaan Islam adalah penunjukkannya atas Yazid, putranya yang bergelimang dosa dan maksiat sebagai penggantinya untuk menduduki kekhalifahan (lebih tepatnya kerajaan, sesuai dengan pengakuan Muawiyah sendiri).
Jika Abu Bakar, Umar dan Ali as menyerahkan kekhalifahan lewat ‘musyawarah’, atau paling tidak mereka tidak memaksa umat Islam untuk mengangkat putra mereka sendiri untuk menjadi khalifah, maka Muawiyah dengan cara tangan besi memaksa umat Islam untuk tunduk atas pilihannya dengan mengangkat anaknya, Yazid (semoga laknat Allah ditimpakan kepada keduanya) menjadi penggantinya.
Hampir tak seorang alim pun dari Ahlus Sunnah yang meragukan kebejatan putra Muawiyah yang terkenal suka bermabuk-mabukan khamar, berzina dengan ibu kandungnya, anak perempuannya dan adik perempuannya sendiri dan masih banyak lagi kejahatan nyata lainnya yang dilakukannya.
Sayyid Quthub, penulis kitab Tafsir Fi Zilal al-Quran (Dalam Naungan Al-Quran) yang terkenal itu, mengatakan : “…Adapun ketika keluarga Umayyah bangkit dan kekhalifahan Islam menjadi milik pribadi dalam keluarga Bani Umayyah, maka hal itu bukanlah ilham dari Islam, tapi ilham kejahiliyahan yang mematikan ruh Islam.” 1]
Pada halaman lainnya, Sayyid Quthb melaporkan bahwa pelimpahan kekuasaan yang dilakukan Muawiyah itu berlangsung dengan ancaman pedang dan kematian. Berikut ini kelengkapannya :
“…Untuk mengetahui atas dasar apa kekhalifahan Bani Umayyah itu ditegakkan, cukuplah di sini kita sungguhkan kisah bagaimana baiat diberikan kepada Yazid bin Muawiyah. Muawiyah memanggil utusan-utusan yang akan membicarakan dan membuat kesepakatan tentang pemberian baiat kepada Yazid.
Kemudian muncullah Yazid ibn Muaqqaffa’, yang maju ke depan, lalu berkata : “Amirul Mukminin yang sekarang adalah ini.” Katanya sambil menunjuk ke Muawiyah. Kemudian melanjutkan : “Apabila ia wafat, maka inilah penggantinya.” Sambil menunjuk kepada Yazid. Kemudian, katanya :“Dan barangsiapa yang tidak setuju, ini bagiannya!” lalu dia menghunuskan pedangnya.
Maka berkatalah Muawiyah : “Duduklah, memang kamu rajanya pembicara.” Sesudah pengambilan baiat terhadap Yazid di Syam (Damaskus), Muawiyah lalu menugaskan Said Ibn al-Ash untuk MENIPU dan meyakinkan penduduk Hijaz akan sahnya baiat terhadap Yazid.
Tapi orang ini menyatakan tak sanggup mengerjakan tugas tersebut. Maka berangkatlah Muawiyah ke Makkah dengan membawa tentara dan harta benda. Setiba di sana, dipanggilnya pemimpin-pemimpin kaum Muslimin Makkah, lalu ia berkata kepada mereka : “Anda semua tahu riwayat kehidupan saya di tengah-tengah masyarakat Anda, dan silaturahim saya dengan Anda. Yazid adalah saudara Anda dan anak paman Anda. Saya menghendaki agar semua mengakui Yazid sebagai Khalifah. Anda sekalian tinggal diam, siap diperintah, menerima uang dan harta kekayaan yang saya bawa ini, kemudian bagi-bagilah!!!.”
Maka menjawablah Abdullah bin Zubair, dengan mengajukan pilihan antara apa yang dilakukan Rasuilullah, yang tak menunjuk seorang pun sebagai pengganti beliau, atau seperti yang dilakukan Abu Bakar, yang menunjuk seorang yang bukan ayahnya, atau seperti yang dilakukan Umar yang menjadikan masalah kekhalifahan sebagai bahan musyawarah atas 6 orang yang tak seoarng pun di anatarnya adalah anaknya atau saudaranya.
Maka murkalah Muawiyah. Katanya : “Adakah lagi yang akan kau katakan selain itu?”
Jawab Ibn Zubair : “Tidak.”
Maka Muawiyah berpaling kepada yang lain-lain dan bertanya : “Anda semua bagaimana?”
Mereka menjawab : “Pendapat kami sama denga yang dikemukakan Abdullah bin Zubair.”
Mendengar jawaban itu, Muawiyah lalu mengancam : “Saya maafkan Anda, tapi saya peringatkan: Saya berbicara kepada Anda semua, dan ada yang maju mendustakan saya di depan umum. Saya maafkan dia dengan segenap kelapangan dada. Tapi kalau ada seorang di antara Anda yang MEMBANTAH perkataan saya, maka sebelum ucapannya mendapat balasan, maka terlebih dahulu sebuah PEDANG AKAN MENYAMBAR KEPALANYA! Karena itu, hendaklah setiap orang duduk di tempatnya dan menjaga dirinya sendiri.”
Sesudah itu para pengawal Muawiyah berdiri menjaga pemimpin-pemimpin Makkah tersebut. Tiap 2 orang pengawal menjaga 1 orang, dan kepada pengawalnya, Muawiyah berkata : “Apabila ada yang menyela perkataanku, baik mendustakan atau pun membenarkan, hendaklah kedua orang yang menjaganya itu menebas kepalanya dengan pedang mereka!”
Kemudian Muawiyah berdiri di atas mimbar dan berkata kepada orang banyak : “Orang-orang yang berkumpul di sini adalah kelompok pemimpin-pemimpin dan pemuka-pemuka kaum Muslimin. Tak ada satu urusan pun yang tidak dimusyawarahkan dan diputuskan dengan meminta pendapat mereka. Dan mereka telah menerima dan berbaiat kepada Yazid. Karena itu berbaiatlah kalian semua dengan nama Allah!”2]
Maka berbaiatlah orang banyak itu!!!
Sayyid Quthb berkomentar tentang tindakan zalim Muawiyah itu :“Dengan prinsip macam beginilah, prinsip yang sama sekali tidak pernah dikenal Islam, ditegakkan ‘kekhalifahan’ Yazid. Dan siapakah sebenarnya Yazid ini?”
‘Abdullah bin Handhalah mengatakan tentang Yazid bin Muawiyah sebagai berikut : “Demi Allah! Tak sekalipun kami melihat Yazid kecuali kami merasa takut jangan-jangan Allah akan menurunkan hujan batu kepada kami dari langit. Sungguih laki-laki ini (Yazid) TELAH MENGAWINI IBU KANDUNGNYA, ANAK PEREMPUANNYA dan SAUDARA PREEMPUANNYA SENDIRI, MEMINUM KHAMAR dan MENINGGALKAN SHALAT. Demi Allah! Seandainya tidak ada seorang pun yang menyertaiku, pastilah Allah akan menimpakan bala’ kepadaku karenanya!” 3]
Apakah Anda ingin tahu lebih jauh apa lagi dosa-dosa besar yang dilakukan lelaki durjana macam Muawiyah dan Yazid ini?
Apakah Anda justru setuju dengan tindakan-tindakan keji mereka ini?
Tak seorang pun meragukan kebejatan Muawiyah bin Abu Sufyan dan putranya Yazid kecuali orang-orang yang memang juga bejat. Saya katakan demikian karena banyak sekali bukti dan data sejarah tentang bid’ah-bid’ah yang dilakukan kedua lelaki durjana ini. Dan hanya orang-orang yang sama bejat seperti mereka-lah orang-orang yang membela kebejatan lelaki durjana ini.
Inilah di antara bid’ah-bid’ah nyata yang tidak diteriakan bahkan bicarakan oleh Ibn Taymiyah, Bin Baz, dan Utsaimin dan ulama Wahabi lainnya. Mereka takut membicarakan hal seperti ini karena akan berakibat hilangnya harta duniawi yang mereka dapatkan dari Kerajaan Saudi pelanjut kezaliman Daulah Umayyah dan Abbasiyah!
Hal-hal seperti inilah yang membuat mereka, kaum Wahabi menghindar dari membicarakan sejarah Islam, terutama sejarah Daulah Bani Umayyah dan Abbasiyyah. Dan sikap jujur yang dilakukan Sayyid Quthb ini menyebabkan ulama Wahabi murka dan mengeluarkan fatwa seraya mencari-cari kesalahan Sayyid Quthb. Bacalah situs-situs Wahabi tentang fatwa mereka atas Sayyid Quthb yang terkenal jujur dan berani ini! Marilah kita semua bercermin dan bersikap jujur terhadap diri kita sendiri!
Laa hawla wa laa quwwata illa billah
Catatan Kaki :
[1] Sayyid Quthb, Al-‘Adalah al-Ijtima’iyyah fil Islam; Keadilan Sosial Dalam Islam, hal. 260, Penerbit Pustaka Salman, 1984.
[2] Sayyid Quthb mengutip peristiwa sejarah ini dari sejarawan Ibn Atsir yang mengatakan bahwa peristiwa ini terjadi pada 56 H.

1 komentar: