Di antara BID’AH TERBESAR Muawiyah dan sekaligus menjadi salah satu
faktor penyebab hancurnya kejayaan Islam adalah penunjukkannya atas
Yazid, putranya yang bergelimang dosa dan maksiat sebagai penggantinya
untuk menduduki kekhalifahan (lebih tepatnya kerajaan, sesuai dengan
pengakuan Muawiyah sendiri).
Jika Abu Bakar, Umar dan Ali as menyerahkan kekhalifahan lewat
‘musyawarah’, atau paling tidak mereka tidak memaksa umat Islam untuk
mengangkat putra mereka sendiri untuk menjadi khalifah, maka Muawiyah
dengan cara tangan besi memaksa umat Islam untuk tunduk atas pilihannya
dengan mengangkat anaknya, Yazid (semoga laknat Allah ditimpakan kepada
keduanya) menjadi penggantinya.
Hampir tak seorang alim pun dari Ahlus Sunnah yang meragukan
kebejatan putra Muawiyah yang terkenal suka bermabuk-mabukan khamar,
berzina dengan ibu kandungnya, anak perempuannya dan adik perempuannya
sendiri dan masih banyak lagi kejahatan nyata lainnya yang dilakukannya.
Sayyid Quthub, penulis kitab Tafsir Fi Zilal al-Quran (Dalam Naungan Al-Quran) yang terkenal itu, mengatakan : “…Adapun
ketika keluarga Umayyah bangkit dan kekhalifahan Islam menjadi milik
pribadi dalam keluarga Bani Umayyah, maka hal itu bukanlah ilham dari
Islam, tapi ilham kejahiliyahan yang mematikan ruh Islam.” 1]
Pada halaman lainnya, Sayyid Quthb melaporkan bahwa pelimpahan
kekuasaan yang dilakukan Muawiyah itu berlangsung dengan ancaman pedang
dan kematian. Berikut ini kelengkapannya :
“…Untuk mengetahui atas dasar apa kekhalifahan Bani Umayyah itu
ditegakkan, cukuplah di sini kita sungguhkan kisah bagaimana baiat
diberikan kepada Yazid bin Muawiyah. Muawiyah memanggil utusan-utusan
yang akan membicarakan dan membuat kesepakatan tentang pemberian baiat
kepada Yazid.
Kemudian muncullah Yazid ibn Muaqqaffa’, yang maju ke depan, lalu
berkata : “Amirul Mukminin yang sekarang adalah ini.” Katanya sambil
menunjuk ke Muawiyah. Kemudian melanjutkan : “Apabila ia wafat, maka
inilah penggantinya.” Sambil menunjuk kepada Yazid. Kemudian, katanya
:“Dan barangsiapa yang tidak setuju, ini bagiannya!” lalu dia
menghunuskan pedangnya.
Maka berkatalah Muawiyah : “Duduklah, memang kamu rajanya
pembicara.” Sesudah pengambilan baiat terhadap Yazid di Syam (Damaskus),
Muawiyah lalu menugaskan Said Ibn al-Ash untuk MENIPU dan meyakinkan
penduduk Hijaz akan sahnya baiat terhadap Yazid.
Tapi orang ini menyatakan tak sanggup mengerjakan tugas tersebut.
Maka berangkatlah Muawiyah ke Makkah dengan membawa tentara dan harta
benda. Setiba di sana, dipanggilnya pemimpin-pemimpin kaum Muslimin
Makkah, lalu ia berkata kepada mereka : “Anda semua tahu riwayat
kehidupan saya di tengah-tengah masyarakat Anda, dan silaturahim saya
dengan Anda. Yazid adalah saudara Anda dan anak paman Anda. Saya
menghendaki agar semua mengakui Yazid sebagai Khalifah. Anda sekalian
tinggal diam, siap diperintah, menerima uang dan harta kekayaan yang
saya bawa ini, kemudian bagi-bagilah!!!.”
Maka menjawablah Abdullah bin Zubair, dengan mengajukan pilihan
antara apa yang dilakukan Rasuilullah, yang tak menunjuk seorang pun
sebagai pengganti beliau, atau seperti yang dilakukan Abu Bakar, yang
menunjuk seorang yang bukan ayahnya, atau seperti yang dilakukan Umar
yang menjadikan masalah kekhalifahan sebagai bahan musyawarah atas 6
orang yang tak seoarng pun di anatarnya adalah anaknya atau saudaranya.
Maka murkalah Muawiyah. Katanya : “Adakah lagi yang akan kau katakan selain itu?”
Jawab Ibn Zubair : “Tidak.”
Maka Muawiyah berpaling kepada yang lain-lain dan bertanya : “Anda semua bagaimana?”
Mereka menjawab : “Pendapat kami sama denga yang dikemukakan Abdullah bin Zubair.”
Mendengar jawaban itu, Muawiyah lalu mengancam : “Saya maafkan Anda,
tapi saya peringatkan: Saya berbicara kepada Anda semua, dan ada yang
maju mendustakan saya di depan umum. Saya maafkan dia dengan segenap
kelapangan dada. Tapi kalau ada seorang di antara Anda yang MEMBANTAH
perkataan saya, maka sebelum ucapannya mendapat balasan, maka terlebih
dahulu sebuah PEDANG AKAN MENYAMBAR KEPALANYA! Karena itu, hendaklah
setiap orang duduk di tempatnya dan menjaga dirinya sendiri.”
Sesudah itu para pengawal Muawiyah berdiri menjaga pemimpin-pemimpin
Makkah tersebut. Tiap 2 orang pengawal menjaga 1 orang, dan kepada
pengawalnya, Muawiyah berkata : “Apabila ada yang menyela perkataanku,
baik mendustakan atau pun membenarkan, hendaklah kedua orang yang
menjaganya itu menebas kepalanya dengan pedang mereka!”
Kemudian Muawiyah berdiri di atas mimbar dan berkata kepada orang
banyak : “Orang-orang yang berkumpul di sini adalah kelompok
pemimpin-pemimpin dan pemuka-pemuka kaum Muslimin. Tak ada satu urusan
pun yang tidak dimusyawarahkan dan diputuskan dengan meminta pendapat
mereka. Dan mereka telah menerima dan berbaiat kepada Yazid. Karena itu
berbaiatlah kalian semua dengan nama Allah!”2]
Maka berbaiatlah orang banyak itu!!!
Sayyid Quthb berkomentar tentang tindakan zalim Muawiyah itu :“Dengan
prinsip macam beginilah, prinsip yang sama sekali tidak pernah dikenal
Islam, ditegakkan ‘kekhalifahan’ Yazid. Dan siapakah sebenarnya Yazid
ini?”
‘Abdullah bin Handhalah mengatakan tentang Yazid bin Muawiyah sebagai
berikut : “Demi Allah! Tak sekalipun kami melihat Yazid kecuali kami
merasa takut jangan-jangan Allah akan menurunkan hujan batu kepada kami
dari langit. Sungguih laki-laki ini (Yazid) TELAH MENGAWINI IBU
KANDUNGNYA, ANAK PEREMPUANNYA dan SAUDARA PREEMPUANNYA SENDIRI, MEMINUM
KHAMAR dan MENINGGALKAN SHALAT. Demi Allah! Seandainya tidak ada seorang
pun yang menyertaiku, pastilah Allah akan menimpakan bala’ kepadaku
karenanya!” 3]
Apakah Anda ingin tahu lebih jauh apa lagi dosa-dosa besar yang dilakukan lelaki durjana macam Muawiyah dan Yazid ini?
Apakah Anda justru setuju dengan tindakan-tindakan keji mereka ini?
Tak seorang pun meragukan kebejatan Muawiyah bin Abu Sufyan dan
putranya Yazid kecuali orang-orang yang memang juga bejat. Saya katakan
demikian karena banyak sekali bukti dan data sejarah tentang
bid’ah-bid’ah yang dilakukan kedua lelaki durjana ini. Dan hanya
orang-orang yang sama bejat seperti mereka-lah orang-orang yang membela
kebejatan lelaki durjana ini.
Inilah di antara bid’ah-bid’ah nyata yang tidak diteriakan bahkan
bicarakan oleh Ibn Taymiyah, Bin Baz, dan Utsaimin dan ulama Wahabi
lainnya. Mereka takut membicarakan hal seperti ini karena akan berakibat
hilangnya harta duniawi yang mereka dapatkan dari Kerajaan Saudi
pelanjut kezaliman Daulah Umayyah dan Abbasiyah!
Hal-hal seperti inilah yang membuat mereka, kaum Wahabi menghindar
dari membicarakan sejarah Islam, terutama sejarah Daulah Bani Umayyah
dan Abbasiyyah. Dan sikap jujur yang dilakukan Sayyid Quthb ini
menyebabkan ulama Wahabi murka dan mengeluarkan fatwa seraya
mencari-cari kesalahan Sayyid Quthb. Bacalah situs-situs Wahabi tentang
fatwa mereka atas Sayyid Quthb yang terkenal jujur dan berani
ini! Marilah kita semua bercermin dan bersikap jujur terhadap diri kita
sendiri!
Laa hawla wa laa quwwata illa billah
Catatan Kaki :
[1] Sayyid Quthb, Al-‘Adalah al-Ijtima’iyyah fil Islam; Keadilan Sosial Dalam Islam, hal. 260, Penerbit Pustaka Salman, 1984.
[2] Sayyid Quthb mengutip peristiwa sejarah ini dari sejarawan Ibn Atsir yang mengatakan bahwa peristiwa ini terjadi pada 56 H.
baru tau kita siapa itu muawiyah bin abu sufyan
BalasHapus